KH Zainuddin MZ: Calon Orator Sejak Kecil
Zainuddin Muhammad Zein atau biasa dikenal KH Zainuddin MZ lahir di Jakarta, 2 Maret 1951, meninggal di Jakarta, 5 Juli 2011 dalam usia 60 tahun. Ia adalah seorang pemuka agama Islam di Indonesia yang populer melalui ceramah-ceramahnya.
Ia mendapat julukan Dai Sejuta Umat karena dawahnya yang dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Partai Bintang Reformasi (PBR), kemudian digantikan oleh Bursah Zarnubi.
Zainuddin merupakan anak tunggal buah cinta kasih pasangan Turmudzi dan Zainabun dari keluarga Betawi asli. Sejak kecil memang sudah terlihat bakatnya dalam seni orasi.
Di rumah kakeknya, Udin—panggilannya—kecil kerap naik ke atas meja untuk berpidato di hadapan tamu-tamu yang berkunjung. Bakat berpidatonya itu tersalurkan ketika Udin masuk Madrasah Tsanawiyah hingga tamat Aliyah di Darul Ma’arif, Jakarta.
Di sekolah ini ia belajar pidato dalam forum Ta’limul Muhadharah (belajar berpidato). Dalam ceramahnya ia sering menyisipkan humor dan banyolan yang mengundang gelak tawa audiensnya.
Kebiasaannya membanyol dan mendongeng terus berkembang. Dalam tiap penampilan, ia selalu memukau teman-temannya. Kemampuannya itu pun terus terasah, berbarengan dengan permintaan ceramah yang kian mengalir deras.
KH Zainuddin MZ: Dai Sejuta Umat
Innalillahi wa inna illahi roji'un... Selamat jalan Bapak Dai Sejuta Umat, smoga diterima di sisi-Nya. Amin.
Selamat jalan ayah, terima kasih atas segala ilmu yang telah engkau berikan kepada kami. Kuingin melihat engkau tersenyum di pangkuan Allah SWT. Amin.
Telah pulang guru bangsa kita, Bapak KH Zainuddin MZ. Semoga mauidzah hasanah dan Semangat perjuangan beliau tetap terwariskan kepada generasi penerus bangsa dan amal hasanahnya diterima di sisi Allah SWT. Amin.
Demikianlah bait-bait pernyataan bela sungkawa dari para penggemar setia KH Zainuddin di halaman akun Facebook sang Dai. Ketiga ungkapan duka cita dan kehilangan di atas adalah secuil di antara 32,404 orang penggemar Zainuddin di akun situs jejaring sosial tersebut.
Tak heran, julukan dai dengan sejuta umat memang layak disandang Zainuddin. Dalam tiap ceramah maupun khutbahnya, ulama yang mempopulerkan kata "Betul" ini selalu dihadiri ribuan jemaah, di mana pun ia berdakwah. Dan kini kata "Betul" ini ditiru oleh pelawak Kiwil, lengkap dengan intonasi, logat dan multiplikasi suara sang Dai.
Suami Hj Kholilah ini semakin dikenal masyarakat ketika ceramahnya mulai memasuki dunia rekaman. Kasetnya tak hanya beredar di seluruh pelosok Nusantara, tapi juga merambah ke beberapa negara Asia.
Sejak itu, dai yang punya hobi mendengarkan lagu-lagu dangdut ini mulai dilirik oleh beberapa stasiun televisi. Bahkan dikontrak oleh sebuah biro perjalanan haji yang bekerjasama dengan televisi swasta untuk bersafari bersama artis ke berbagai daerah, dalam sebuah program yang disebut "Nada dan Dakwah".
KH Zainuddin MZ: Ketika Sang Dai Berpolitik
Kepiawaian ceramahnya sempat mengantarkan Zainuddin merambah dunia politik. Pada 1977 hingga 1982, ia bergabung dengan partai Islam berlambang Ka’bah, Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Jabatannya pun bertambah. Selain dai, ia kini merangkap politikus. Sebuah pilihan yang ditengarai akan memisahkan dirinya dengan umat yang terdiri dari beragam kalangan dan golongan.
Ketika disinggung tentang ketertarikan pada politik, dulu Zainuddin kerap mengelak. "Saya tidak akan kemana-mana, namun ada di mana-mana," ujarnya. Namun slogan dan prinsip itu sepertinya memudar. Ia memang tidak kemana-mana, namun berada di suatu tempat persinggahan; PPP.
Keterlibatannya di PPP tak bisa dilepaskan dari peran guru ngajinya, KH Idham Chalid. Sebab, sang guru yang pernah menjadi Ketua umum PB NU itu adalah salah seorang deklarator PPP. Zainuddin mengaku lama nyantri di pesantren KH Idham Khalid yang berada di bilangan Cipete, yang belakangan identik sebagai kubu NU.
Sebelum masuk Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PPP, bapak empat anak ini sudah menjadi pengurus aktif PPP, yakni menjadi anggota dewan penasihat DPW PPP DKI Jakarta.
Berkat kelihaiannya mengomunikasikan ajaran agama dengan gaya tutur yang luwes, sederhana, dan dibumbui humor segar, partai yang merupakan fusi beberapa partai Islam itu jauh-jauh hari—sejak Pemilu 1977—telah memanfaatkannya sebagai vote-getter (mesin pencari suara).
KH Zainuddin MZ: Akrab dengan Si Raja Dangdut
Bersama Raja Dangdut H Rhoma Irama, KH Zainudin MZ berkeliling berbagai wilayah mengampanyekan partai yang saat itu bergambar Ka’bah—sebelum berganti gambar bintang. Hasil yang diperoleh sangat signifikan dan memengaruhi dominasi Golkar, partai penguasa dan mesin politik Orde Baru (Orba).
Tak ayal, kondisi ini membuat penguasa Orba waswas.Totalitas KH Zainuddin MZ untuk PPP bisa dirunut dari latar belakangnya. Pertama, secara kultural dia warga Nahdliyin, atau menjadi bagian dari keluarga besar NU.
Dengan posisinya tersebut, ia mengaku ingin memperjuangkan NU yang saat itu menjadi bagian dari fusi PPP yang dipaksakan Orba pada 5 Januari 1971. Ormas lain yang menjadi bagian fusi itu antara lain Muslimin Indonesia (MI), Perti, dan PSII.
Namun keberadaan Pak Kiai di PPP tak berlangsung lama. Konflik dan intrik politik memaksanya hengkang dari partai Islam tersebut. Ia pun mendeklarasikan berdirinya PPP Reformasi pada 20 Januari 2002.
Tak berselang lama, partai baru ini pun berubah nama menjadi Partai Bintang Reformasi (PBR) dalam Muktamar Luar Biasa pada 8-9 April 2003 di Jakarta. Ia juga secara resmi ditetapkan sebagai calon presiden oleh partai ini. Namun tak kesampaian sebagai pemimpin negara, karena perolehan suara partai tidak signifikan. Ulama-politikus ini menjabat sebagai Ketua umum PBR hingga 2006.
Pada saat yang sama, sang Dai seperti tenggelam dalam dunia yang membesarkannya; dunia dakwah. Ia makin jarang tampil menyapa umatnya dengan humor segar dan banyolan khasnya, yang hampir tak dimiliki dai-dai tenar lainnya di negeri ini. Kesibukan dunia politik terlalu membelit kehidupannya.
KH Zainuddin MZ: Nada dan Dakwah
Duet dan kebersamaan KH Zainuddin MZ-Rhoma Irama berpuncak pada 1991, ketika dua insan pendakwah beda instrumen ini berkolaborasi dalam film religius "Nada dan Dakwah".
Selain dibintangi Zainunddin-Rhoma, film besutan sutradara kawakan, Chaerul Umam ini, juga dibintangi aktris cantik Ida Iasha, Deddy Mizwar, Nani Widjaja
Zainal Abidin, dan WD Mochtar.
Nada dan dakwah mengisahkan tentang masyarakat Desa Pandanwangi yang mendadak resah karena mendengar kabar bahwa tanah tempat mereka bermukim akan dibeli seorang konglomerat.
Konflik antar penduduk dan para kaki tangan konglomerat pun mulai bermunculan. Konflik itu akhirnya meluas bukan hanya pada masalah tanah, tapi juga menyentuh masalah moral dengan akan didirikannya tempat hiburan dan biliar di tanah tersebut.
Pimpinan pesantren di daerah tersebut, H. Murad yang dibantu Rhoma, berusaha menyadarkan penduduk agar tidak menjual tanahnya. Tampilnya tokoh kharismatik Zainuddin MZ, berhasil menjernihkan konflik tersebut. Bahkan berhasil menyadarkan sang konglomerat Bustani.
Akting pertama di layar lebar nyaris membuahkan Piala Citra buat sang Dai. Ia termasuk nominator peraih Pemeran Pembantu Pria Terbaik. Namun Zainuddin menolak piala bergengsi bagi insan perfilman tersebut.
Akhirnya, Dewan Juri menghadiahkan piala itu untuk Deddy Mizwar, sebagai penghargaan dalam kategori yang sama. Nada dan Dakwah sendiri berhasil meraih penghargaan dalam kategori Cerita Asli yang didapat Asrul Sani, sang penulis skenario.
KH Zainuddin MZ: "Umat Masih Merindukan Saya"
Petualangan di dunia politik ternyata tidak menenangkan batin Zainuddin. Ia merindukan dunianya yang lama, berbaur di tengah umat yang mengelukannya kala berorasi.
Lepas dari PBR, Pak Kiai kembali kembali fokus untuk berdakwah, mencoba meraih kembali pamornya yang sempat tenggelam lama. Ia mulai mengisi sejumlah pengajian dan majelis taklim di seputaran ibukota dan sekitarnya.
Suatu ketika—sekitar tiga tahun lalu—sang Dai kondang mengisi tausiyah (pengajian) di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan. Sebagaimana dulu, ceramahnya tetap berbobot, berisi, penuh guyon dan humor, namun mengena di hati.
Jamaah yang hadir memenuhi ruang sidang pengadilan yang disulap jadi venue pengajian. Bahkan sebagian di antara mereka yang tidak mendapat tempat di ruang utama, berjejalan di bagian luar ruangan.
Saat itu, Zainuddin terlihat lebih gemuk dari beberapa tahun sebelumnya ketika ia masih sibuk berdakwah keliling Nusantara. "Alhamdulillah, kini saya mulai kembali ke umat," ujarnya, kala ditemui usai ceramah yang berlangsung satu jam lebih itu.
Tidak tertarik politik lagi, Pak Kiai? "Politik cukup sudah. Ternyata maqom (tempat) saya bukan di sana. Biarlah itu menjadi porsi orang lain," jawabnya.
Sambil berjalan beriringan menuju tempat parkir kendaraannya, Zainuddin berbicara tentang banyak hal, terutama tentang come back-nya ke dunia dakwah. "Saya tak henti bersyukur kepada Allah, ternyata umat masih merindukan saya," ujarnya sambil tersenyum. "Dan saya pun sangat merindukan mereka."
Ke depannya, ia berharap akan semakin sering mengunjungi umat, berbaur dan berbagi dengan mereka. "Saya hanya ingin fokus berdakwah sebagaimana dahulu. Saya ingin lebih dekat dengan umat," katanya seraya bergegas ke mobil yang telah menantinya di halaman depan pengadilan.
"Salam ya, buat teman-teman di kantor," ia berpesan. Lalu masuk ke dalam mobil yang membawanya pergi dari kerumunan jamaah.
KH Zainuddin MZ: Hempasan Fitnah Si Penyanyi Dangdut
Di tengah upayanya terjun kembali menekuni dakwah dan mendekati umat, KH Zainuddin MZ dihantam badai fitnah yang cukup besar medio Oktober 2010. Seorang penyanyi dangdut bernama Aida Saskia membuat pengakuan menggegerkan, mengaku menjadi korban tindakan asusila Dai Sejuta Umat.
Kasus yang sempat menggegerkan Tanah Air dan menjadi menu utama sajian media-media nasional itu terjadi tak berselang lama dengan maraknya kasus video Ariel (mantan vokalis Peterpan) dengan Luna Maya dan Cut Tari.
Aida yang muncul dari jagad antah-berantah (baca: tak dikenal) tiba-tiba mengguncang dengan rumor dan gosip yang ia umbar di media. Selama beberapa pekan, informasi di layar kaca dan media cetak dipenuhi berita seputar penyanyi dangdut kelahiran Bogor itu.
Sementara itu, Zainuddin MZ enggan buka suara mengomentari fitnah yang sangat memojokkan dirinya. Pro-kontra pun merebak.
Sebuah kelompok yang menamakan diri Forum Solidaritas Ulama (FSU), kumpulan para pendukung Zainuddin, angkat bicara. Hafiz Syahnara, juru bicara FSU, menegaskan KH Zainuddin MZ tidak pernah melakukan perbuatan keji tersebut. "Demi Allah, tidak pernah melakukan (perbuatan) itu," kata Hafiz, mengutip sumpah Zainuddin MZ.
Kata Hafiz, pernyataan sumpah ini dilontarkan Zainuddin MZ saat pertama kali mendengar kabar tersebut. "KH Zainuddin MZ sangat terganggu dengan isu ini. Namun, dia memilih diam. Begitu juga dengan istrinya. Beruntung, Pak Haji cukup sabar dan bisa menahan emosi. Jadi tidak banyak bicara."
Zainuddin MZ merasa nama baiknya telah dicemarkan. "Aida diduga telah didanai pihak ketiga untuk melakukan pembunuhan karakter terhadap Pak Haji, keluarga, dan umat," kata Hafiz.
Zainuddin sendiri, dalam sebuah wawancara eksklusifnya dengan salah satu televisi swasta, mengaku mengenal Aida sejak 2011. "Saya kenal dia lewat bapaknya, dan beberapa kali bertemu. Dan setiap pertemuan bapaknya selalu ikut serta," ia menegaskan.
Ditanya apakah dia pernah melihat Aida manggung, lalu mengajak si penyanyi makan berduaan dan seterusnya. Zainuddin menjawab tegas, "Itu hanya dongeng!"
Dia juga membantah telah menikahi Aida secara siri, apalagi menyuruhnya melakukan operasi keperawanan sebagaimana yang dituduhkan selama ini. Zainuddin mengaku heran dengan munculnya fitnah atas dirinya. "Kenapa hal-hal seperti itu muncul. Apa sih target yang mau dicapai?"
Zainuddin menduga ada skenario besar yang tengah membidik dirinya, tatkala ia mencoba eksis kembali di dunia dakwah. Dulu ia pernah dihantam lewat jalur politik, namun tak berhasil karena keburu mengundurkan diri.
Tak berlangsung lama, hempasan fitnah sang penyanyi dangdut kian lemah dan berhenti dengan sendirinya. Tak cukup kuat untuk mengusik kekokohan sang Dai, apalagi menggoyahkannya. Dan Zainuddin MZ pun kembali konsentrasi berdakwah. Bahkan mulai kerap muncul di layar kaca.
Uje tak Sangka Kalimat 'Lelah' Zainuddin Merupakan Kalimat Pamit
Ustadz Jefry Al Buqori (UJe) tak pernah menyangka. Kalimat 'lelah' yang pernah disampaikan KH Zainuddin MZ kepadanya merupakan kalimat 'mohon diri' dai kondang ini.
Uje mengaku sangat memiliki kedekatan emosional dengan Zainuddin. Sehingga, kepergian Dai yang akrab dengan sebutan Dai Sejuta Umat ini adalah sebuah kehilangan besar baginya.
Terutama kehilangan suritauladan kelapangan hati. Ia mengaku belum lama almarhum menyampaikan kepadanya:''Sekarang waktunya antum, karena ayah sudah lelah dan sakit- sakitan''.
Namun, Uje tak pernah menyangka jika kalimat 'lelah' ini merupakan permohonan beliau untuk pamit.sumber:republika.co.id
Ia mendapat julukan Dai Sejuta Umat karena dawahnya yang dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Partai Bintang Reformasi (PBR), kemudian digantikan oleh Bursah Zarnubi.
Zainuddin merupakan anak tunggal buah cinta kasih pasangan Turmudzi dan Zainabun dari keluarga Betawi asli. Sejak kecil memang sudah terlihat bakatnya dalam seni orasi.
Di rumah kakeknya, Udin—panggilannya—kecil kerap naik ke atas meja untuk berpidato di hadapan tamu-tamu yang berkunjung. Bakat berpidatonya itu tersalurkan ketika Udin masuk Madrasah Tsanawiyah hingga tamat Aliyah di Darul Ma’arif, Jakarta.
Di sekolah ini ia belajar pidato dalam forum Ta’limul Muhadharah (belajar berpidato). Dalam ceramahnya ia sering menyisipkan humor dan banyolan yang mengundang gelak tawa audiensnya.
Kebiasaannya membanyol dan mendongeng terus berkembang. Dalam tiap penampilan, ia selalu memukau teman-temannya. Kemampuannya itu pun terus terasah, berbarengan dengan permintaan ceramah yang kian mengalir deras.
KH Zainuddin MZ: Dai Sejuta Umat
Innalillahi wa inna illahi roji'un... Selamat jalan Bapak Dai Sejuta Umat, smoga diterima di sisi-Nya. Amin.
Selamat jalan ayah, terima kasih atas segala ilmu yang telah engkau berikan kepada kami. Kuingin melihat engkau tersenyum di pangkuan Allah SWT. Amin.
Telah pulang guru bangsa kita, Bapak KH Zainuddin MZ. Semoga mauidzah hasanah dan Semangat perjuangan beliau tetap terwariskan kepada generasi penerus bangsa dan amal hasanahnya diterima di sisi Allah SWT. Amin.
Demikianlah bait-bait pernyataan bela sungkawa dari para penggemar setia KH Zainuddin di halaman akun Facebook sang Dai. Ketiga ungkapan duka cita dan kehilangan di atas adalah secuil di antara 32,404 orang penggemar Zainuddin di akun situs jejaring sosial tersebut.
Tak heran, julukan dai dengan sejuta umat memang layak disandang Zainuddin. Dalam tiap ceramah maupun khutbahnya, ulama yang mempopulerkan kata "Betul" ini selalu dihadiri ribuan jemaah, di mana pun ia berdakwah. Dan kini kata "Betul" ini ditiru oleh pelawak Kiwil, lengkap dengan intonasi, logat dan multiplikasi suara sang Dai.
Suami Hj Kholilah ini semakin dikenal masyarakat ketika ceramahnya mulai memasuki dunia rekaman. Kasetnya tak hanya beredar di seluruh pelosok Nusantara, tapi juga merambah ke beberapa negara Asia.
Sejak itu, dai yang punya hobi mendengarkan lagu-lagu dangdut ini mulai dilirik oleh beberapa stasiun televisi. Bahkan dikontrak oleh sebuah biro perjalanan haji yang bekerjasama dengan televisi swasta untuk bersafari bersama artis ke berbagai daerah, dalam sebuah program yang disebut "Nada dan Dakwah".
KH Zainuddin MZ: Ketika Sang Dai Berpolitik
Kepiawaian ceramahnya sempat mengantarkan Zainuddin merambah dunia politik. Pada 1977 hingga 1982, ia bergabung dengan partai Islam berlambang Ka’bah, Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Jabatannya pun bertambah. Selain dai, ia kini merangkap politikus. Sebuah pilihan yang ditengarai akan memisahkan dirinya dengan umat yang terdiri dari beragam kalangan dan golongan.
Ketika disinggung tentang ketertarikan pada politik, dulu Zainuddin kerap mengelak. "Saya tidak akan kemana-mana, namun ada di mana-mana," ujarnya. Namun slogan dan prinsip itu sepertinya memudar. Ia memang tidak kemana-mana, namun berada di suatu tempat persinggahan; PPP.
Keterlibatannya di PPP tak bisa dilepaskan dari peran guru ngajinya, KH Idham Chalid. Sebab, sang guru yang pernah menjadi Ketua umum PB NU itu adalah salah seorang deklarator PPP. Zainuddin mengaku lama nyantri di pesantren KH Idham Khalid yang berada di bilangan Cipete, yang belakangan identik sebagai kubu NU.
Sebelum masuk Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PPP, bapak empat anak ini sudah menjadi pengurus aktif PPP, yakni menjadi anggota dewan penasihat DPW PPP DKI Jakarta.
Berkat kelihaiannya mengomunikasikan ajaran agama dengan gaya tutur yang luwes, sederhana, dan dibumbui humor segar, partai yang merupakan fusi beberapa partai Islam itu jauh-jauh hari—sejak Pemilu 1977—telah memanfaatkannya sebagai vote-getter (mesin pencari suara).
KH Zainuddin MZ: Akrab dengan Si Raja Dangdut
Bersama Raja Dangdut H Rhoma Irama, KH Zainudin MZ berkeliling berbagai wilayah mengampanyekan partai yang saat itu bergambar Ka’bah—sebelum berganti gambar bintang. Hasil yang diperoleh sangat signifikan dan memengaruhi dominasi Golkar, partai penguasa dan mesin politik Orde Baru (Orba).
Tak ayal, kondisi ini membuat penguasa Orba waswas.Totalitas KH Zainuddin MZ untuk PPP bisa dirunut dari latar belakangnya. Pertama, secara kultural dia warga Nahdliyin, atau menjadi bagian dari keluarga besar NU.
Dengan posisinya tersebut, ia mengaku ingin memperjuangkan NU yang saat itu menjadi bagian dari fusi PPP yang dipaksakan Orba pada 5 Januari 1971. Ormas lain yang menjadi bagian fusi itu antara lain Muslimin Indonesia (MI), Perti, dan PSII.
Namun keberadaan Pak Kiai di PPP tak berlangsung lama. Konflik dan intrik politik memaksanya hengkang dari partai Islam tersebut. Ia pun mendeklarasikan berdirinya PPP Reformasi pada 20 Januari 2002.
Tak berselang lama, partai baru ini pun berubah nama menjadi Partai Bintang Reformasi (PBR) dalam Muktamar Luar Biasa pada 8-9 April 2003 di Jakarta. Ia juga secara resmi ditetapkan sebagai calon presiden oleh partai ini. Namun tak kesampaian sebagai pemimpin negara, karena perolehan suara partai tidak signifikan. Ulama-politikus ini menjabat sebagai Ketua umum PBR hingga 2006.
Pada saat yang sama, sang Dai seperti tenggelam dalam dunia yang membesarkannya; dunia dakwah. Ia makin jarang tampil menyapa umatnya dengan humor segar dan banyolan khasnya, yang hampir tak dimiliki dai-dai tenar lainnya di negeri ini. Kesibukan dunia politik terlalu membelit kehidupannya.
KH Zainuddin MZ: Nada dan Dakwah
Duet dan kebersamaan KH Zainuddin MZ-Rhoma Irama berpuncak pada 1991, ketika dua insan pendakwah beda instrumen ini berkolaborasi dalam film religius "Nada dan Dakwah".
Selain dibintangi Zainunddin-Rhoma, film besutan sutradara kawakan, Chaerul Umam ini, juga dibintangi aktris cantik Ida Iasha, Deddy Mizwar, Nani Widjaja
Zainal Abidin, dan WD Mochtar.
Nada dan dakwah mengisahkan tentang masyarakat Desa Pandanwangi yang mendadak resah karena mendengar kabar bahwa tanah tempat mereka bermukim akan dibeli seorang konglomerat.
Konflik antar penduduk dan para kaki tangan konglomerat pun mulai bermunculan. Konflik itu akhirnya meluas bukan hanya pada masalah tanah, tapi juga menyentuh masalah moral dengan akan didirikannya tempat hiburan dan biliar di tanah tersebut.
Pimpinan pesantren di daerah tersebut, H. Murad yang dibantu Rhoma, berusaha menyadarkan penduduk agar tidak menjual tanahnya. Tampilnya tokoh kharismatik Zainuddin MZ, berhasil menjernihkan konflik tersebut. Bahkan berhasil menyadarkan sang konglomerat Bustani.
Akting pertama di layar lebar nyaris membuahkan Piala Citra buat sang Dai. Ia termasuk nominator peraih Pemeran Pembantu Pria Terbaik. Namun Zainuddin menolak piala bergengsi bagi insan perfilman tersebut.
Akhirnya, Dewan Juri menghadiahkan piala itu untuk Deddy Mizwar, sebagai penghargaan dalam kategori yang sama. Nada dan Dakwah sendiri berhasil meraih penghargaan dalam kategori Cerita Asli yang didapat Asrul Sani, sang penulis skenario.
KH Zainuddin MZ: "Umat Masih Merindukan Saya"
Petualangan di dunia politik ternyata tidak menenangkan batin Zainuddin. Ia merindukan dunianya yang lama, berbaur di tengah umat yang mengelukannya kala berorasi.
Lepas dari PBR, Pak Kiai kembali kembali fokus untuk berdakwah, mencoba meraih kembali pamornya yang sempat tenggelam lama. Ia mulai mengisi sejumlah pengajian dan majelis taklim di seputaran ibukota dan sekitarnya.
Suatu ketika—sekitar tiga tahun lalu—sang Dai kondang mengisi tausiyah (pengajian) di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan. Sebagaimana dulu, ceramahnya tetap berbobot, berisi, penuh guyon dan humor, namun mengena di hati.
Jamaah yang hadir memenuhi ruang sidang pengadilan yang disulap jadi venue pengajian. Bahkan sebagian di antara mereka yang tidak mendapat tempat di ruang utama, berjejalan di bagian luar ruangan.
Saat itu, Zainuddin terlihat lebih gemuk dari beberapa tahun sebelumnya ketika ia masih sibuk berdakwah keliling Nusantara. "Alhamdulillah, kini saya mulai kembali ke umat," ujarnya, kala ditemui usai ceramah yang berlangsung satu jam lebih itu.
Tidak tertarik politik lagi, Pak Kiai? "Politik cukup sudah. Ternyata maqom (tempat) saya bukan di sana. Biarlah itu menjadi porsi orang lain," jawabnya.
Sambil berjalan beriringan menuju tempat parkir kendaraannya, Zainuddin berbicara tentang banyak hal, terutama tentang come back-nya ke dunia dakwah. "Saya tak henti bersyukur kepada Allah, ternyata umat masih merindukan saya," ujarnya sambil tersenyum. "Dan saya pun sangat merindukan mereka."
Ke depannya, ia berharap akan semakin sering mengunjungi umat, berbaur dan berbagi dengan mereka. "Saya hanya ingin fokus berdakwah sebagaimana dahulu. Saya ingin lebih dekat dengan umat," katanya seraya bergegas ke mobil yang telah menantinya di halaman depan pengadilan.
"Salam ya, buat teman-teman di kantor," ia berpesan. Lalu masuk ke dalam mobil yang membawanya pergi dari kerumunan jamaah.
KH Zainuddin MZ: Hempasan Fitnah Si Penyanyi Dangdut
Di tengah upayanya terjun kembali menekuni dakwah dan mendekati umat, KH Zainuddin MZ dihantam badai fitnah yang cukup besar medio Oktober 2010. Seorang penyanyi dangdut bernama Aida Saskia membuat pengakuan menggegerkan, mengaku menjadi korban tindakan asusila Dai Sejuta Umat.
Kasus yang sempat menggegerkan Tanah Air dan menjadi menu utama sajian media-media nasional itu terjadi tak berselang lama dengan maraknya kasus video Ariel (mantan vokalis Peterpan) dengan Luna Maya dan Cut Tari.
Aida yang muncul dari jagad antah-berantah (baca: tak dikenal) tiba-tiba mengguncang dengan rumor dan gosip yang ia umbar di media. Selama beberapa pekan, informasi di layar kaca dan media cetak dipenuhi berita seputar penyanyi dangdut kelahiran Bogor itu.
Sementara itu, Zainuddin MZ enggan buka suara mengomentari fitnah yang sangat memojokkan dirinya. Pro-kontra pun merebak.
Sebuah kelompok yang menamakan diri Forum Solidaritas Ulama (FSU), kumpulan para pendukung Zainuddin, angkat bicara. Hafiz Syahnara, juru bicara FSU, menegaskan KH Zainuddin MZ tidak pernah melakukan perbuatan keji tersebut. "Demi Allah, tidak pernah melakukan (perbuatan) itu," kata Hafiz, mengutip sumpah Zainuddin MZ.
Kata Hafiz, pernyataan sumpah ini dilontarkan Zainuddin MZ saat pertama kali mendengar kabar tersebut. "KH Zainuddin MZ sangat terganggu dengan isu ini. Namun, dia memilih diam. Begitu juga dengan istrinya. Beruntung, Pak Haji cukup sabar dan bisa menahan emosi. Jadi tidak banyak bicara."
Zainuddin MZ merasa nama baiknya telah dicemarkan. "Aida diduga telah didanai pihak ketiga untuk melakukan pembunuhan karakter terhadap Pak Haji, keluarga, dan umat," kata Hafiz.
Zainuddin sendiri, dalam sebuah wawancara eksklusifnya dengan salah satu televisi swasta, mengaku mengenal Aida sejak 2011. "Saya kenal dia lewat bapaknya, dan beberapa kali bertemu. Dan setiap pertemuan bapaknya selalu ikut serta," ia menegaskan.
Ditanya apakah dia pernah melihat Aida manggung, lalu mengajak si penyanyi makan berduaan dan seterusnya. Zainuddin menjawab tegas, "Itu hanya dongeng!"
Dia juga membantah telah menikahi Aida secara siri, apalagi menyuruhnya melakukan operasi keperawanan sebagaimana yang dituduhkan selama ini. Zainuddin mengaku heran dengan munculnya fitnah atas dirinya. "Kenapa hal-hal seperti itu muncul. Apa sih target yang mau dicapai?"
Zainuddin menduga ada skenario besar yang tengah membidik dirinya, tatkala ia mencoba eksis kembali di dunia dakwah. Dulu ia pernah dihantam lewat jalur politik, namun tak berhasil karena keburu mengundurkan diri.
Tak berlangsung lama, hempasan fitnah sang penyanyi dangdut kian lemah dan berhenti dengan sendirinya. Tak cukup kuat untuk mengusik kekokohan sang Dai, apalagi menggoyahkannya. Dan Zainuddin MZ pun kembali konsentrasi berdakwah. Bahkan mulai kerap muncul di layar kaca.
Uje tak Sangka Kalimat 'Lelah' Zainuddin Merupakan Kalimat Pamit
Ustadz Jefry Al Buqori (UJe) tak pernah menyangka. Kalimat 'lelah' yang pernah disampaikan KH Zainuddin MZ kepadanya merupakan kalimat 'mohon diri' dai kondang ini.
Uje mengaku sangat memiliki kedekatan emosional dengan Zainuddin. Sehingga, kepergian Dai yang akrab dengan sebutan Dai Sejuta Umat ini adalah sebuah kehilangan besar baginya.
Terutama kehilangan suritauladan kelapangan hati. Ia mengaku belum lama almarhum menyampaikan kepadanya:''Sekarang waktunya antum, karena ayah sudah lelah dan sakit- sakitan''.
Namun, Uje tak pernah menyangka jika kalimat 'lelah' ini merupakan permohonan beliau untuk pamit.sumber:republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar